OPININYA FIDA: WAKTUNYA KITA HEMAT

OPININYA FIDA: WAKTUNYA KITA HEMAT



            
Hemat pangkal kaya, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit, peribahasa klasik yang sering kita dengar dari guru-guru kita, orang tua dan mereka yang dianggap bijak oleh pemujanya. Mungkin dahulu kita hanya menganggap itu sebagai angin berlalu, boleh untuk dilakukan atau hanya sekedar wejangan yang hanya akan menjadi wejangan semata.
Seiring berjalanya waktu pemikiran kita akan semakin dapat memaknai peribahasa- peribahasa tersebut. Hemat pangkal kaya, dapat diartikan jika kita selalu menghemat uang kita dimasa sekarang, bisa jadi akan menjadi orang kaya suatu saat nanti, entah kapan itu saatnya. Dan apabila kita rajin menabung, walaupun itu sedikit, apabila sudah terakumulasi hasilnya juga akan banyak. Bukit hanya sebuah kiasan, menggambarkan jumlah yang banyak.
Mari kita tilik peribahasa tersebut dari perspektif lain. Kebiasaan hidup hemat sama halnya seperti koin dua sisi, ada kelebihan dan kelemahanya juga. Pola hidup hemat adalah sebuah seni, yang penerapanya pada masing-masing orang akan berbeda-beda. Hemat seringkali dipadupadankan dengan prinsip terbiasa penuh perhitungan. Artinya kita benar-benar mempertimbangkan keputusan yang kita ambil dan harus merupakan keputusan yang terbaik untuk diri kita.
Sebagai mahasiswa, anak rantau yang berada di kota orang tentunya pernah merasakan kehidupan jauh dari orang tua, tinggal di kos-kosan atau kontrakan. Mengurus segala kebutuhan hidup sendiri, mengatur segalanya sendiri, mengambil keputusan sendiri dan memanajemen keunganya sendiri. Prinsip hidup hemat bisa dikatakan penting dalam kondisi seperti ini, atau bahkan dalam semua kondisi. Karena kita tidak pernah tau kemungkinan apa yang akan terjadi di kota ini saat posisi kita juga jauh dari keluarga.
Pada dasarnya prinsip hidup hemat bukan hanya berbicara mengenai uang atau bagaimana cara kita dapat menyisihkan sebagian uang untuk ditabung. Menabung hanyalah sebagian kecil dari cara hidup hemat, sedangkan prinsip hidup hemat adalah sebuah konsep pemikiran pada masing-masng individu. Konsep yang harus selalu kita kita biasakan sehingga nantinya menjadi pola hidup. Dengan pola inilah mereka yang telah mengaplikasikan hidup hemat tidak hanya menjadi lebih sehat dalam keuangan, namun juga lebih sehat dalam jasmani dan berpikiran lebih postif. Karena kita tidak akan dipusingkan lagi dengan masalah “besar pasak daripada tiang”.
Hemat bukan berarti pelit, hemat berarti melakukan pengeluaran terhadap sesuatu yang kita butuhkan, bukan yang kita ingingkan. Seringkali mahasiswa saat ini lebih mengikuti gaya hidup yang hedon, membelanjakan uang mereka untuk hal-hal yang sebenarnya tidak mereka buthkan sebagai sosok mahasiswa. Jadi permasalahanya sekarang adalah bagaimana menangani kebaisaan konsumtif yang sudah mendarah?
Merubah mindset, cara yang mendasar yang dapat dilakukan untuk merubah gaya hidup kearah yang lebih hemat. Mungkin terdengar cukup susah untuk diimplikasikan kepada seseorang yang memang sudah memiliki karakter konsumtif. Perlu menenamkan pada diri sendiri, apa yang akan terjadi ketika rasa ingin memenuhi keinginan muncul sementara kondisi dompet sedang menipis? yang perlu dibayangkan ketidaknikmatan saat berada dalam posisi tersebut, betapa tersiksanya batin ini.
Perlu kemampuan untuk membedakan antara wants dan needs. Untuk itu sedikit saran, bagai mahasiswa yang merantau, yang memilki jatah kiriman dari orang tua setiap bulan, alangkah lebih baiknya membuat skala prioritas kebutuhan dalam satu bulan tersebut. Sehingga kita akan tahu mana yang harus kita miliki terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Baru nanti jika ada sisa dari uang bulanan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi keperluan lain yang bisa jadi tidak masuk dalam skala prioritas. Namun alangkah lebih bijaknya jika menabung sisa terebut untuk kebutuhan yang tidak terduga.
Hidup ini tidak semata-mata untuk memenuhi kesenangan saat ini, namun perlu diingat perjalanan masih panjang, masih ada masa depan yang perlu juga untuk kita rencaakan dari sekarang. Jangan lupa untuk senantiasa menyisihkan sebagian rejeki kita untuk beramal kepada sesama, alih-alih hidup hemat lantas tidak mau berbagi kepada orang yang mambutuhkan. Karena amal merupakan investasi untuk kehidupan akhirat nanti.

Tulisan ini untuk mengingatkan diri sendiri, yang selama ini masih sering terbuai dengan gemerlapnya dunia yang nyatanya hanya sesaat. 

Search This Blog

Powered by Blogger.

Labels

Popular Posts

Like Us