OPININYA FIDA: YA KALAU BELUM ADA YANG COCOK MAU BAGAIMANA
? YANG PENTING TIDAK GOLPUT
Aroma pesta demokrasi sudah mulai tercium memasuki awal
tahun 2019. Seperti yang kita tahu bahwa pada tahun ini bangsa Indonesia akan
menyelenggarakan hajat akbar untuk pemilihan pemmimpin negeri ini.
Bagaimana kira-kira pemirsa? apakah sudah menentukan
pilihan pemimpin sesuai hati nurani anda?
Baik, pada tulisan kali ini, akan mencoba menyampaikan
opini terkait dengan PEMILU 2019 ini.
Debat pertama untuk kedua pasangan calon presiden dan wakil
presiden telah dilaksankan pada 17 Januari 2019. Sebagai masyarakat yang baik
tentunya kita seharusnya sudah bisa mengambil gambaran secara umum, bagaimana
para calon ketika nantinya memenangi kontestasi ini.
Banyak respon dari masyarakat atas hasil penyelenggaraan debat
pertama. yang mudah untuk diamati adalah berbagai cuitan yang diunggah
masyarakat di media sosial.
source: https://www.kaskus.co.id/thread/5c3c240528c99137587b11b1/5-jenis-kartu-suara-dalam-pemilu-17-april-2019-wajib-tahu-sebelum-hari-h/
Boleh saja kita memiliki standart pemimpin idaman yang
diinginkan, dan pastinya setiap orang mempunyai imajinasi untuk itu. Namun yang
perlu diingat adalah bagaimana jika para calon yang ikut kontestasi politik
tersebut belum memenuhi standart pemimpin yang kita dambakan?
tidak usah memilih?
Ohhhh tentu saja harus tetap berpartisipasi dong. Tidak ada
calon yang sesuai ekspektasi bukan merupakan alasan untuk mundur dan apatis
terhadap partisipasi pemilu.
Bisa kita umpamakan jika setiap orang di Indonesia memiliki
gambaran pemimpin yang mereka inginkan. Bayangkan saja, calon yang maju hanya
dua, bagaimana salah satu dari mereka bisa menjadi sosok sempurna yang mampu
memenuhi keinginan setiap orang.
Bagi mereka yang saat ini kesusahan mencari kerja mereka
mendambakan sosok yang bisa mewujudkan lapangan pekerjaan yang luas. Mereka
yang bergaji kecil menginginkan kehadiran pemimpin yang bisa menaikkan UMR
50%.
Yaa tinggal kita hitung saja, pada tahun 2018 berdasarkan
data BPS bahwa penduduk Indonesia mencapai angka 265 juta jiwa. Yaaa berarti
ada 265 juta versi pemimpin idaman di Indonesia.
Pertanyaanya apakah bisa dari semua versi tersebut
dirangkum dalam satu orang. Rasanya terlalu mustahil. Ya karena kedua calon itu
hanya manusia biasa yang juga memiliki kekurangan dan kelemahan. Setidaknya
ketika anda menentukan pilihan nanti dapat melihat sisi dari salah satu calon
yang paling minim mudhorotnya (KBBI online: sesuatu yang tidak menguntungkan),
tentunya berdasarkan perspektif anda masing-masing.
Yang jelas menjadi golongan putih atau memilih untuk tidak
memilih bukan solusi untuk memajukan Indonesia. Golput berarti apatis dengan
dunia perpolitikan negeri ini (meskipun bukan satu-satunya indicator).
Kesalahan intepretasi
ini terus berlangsung hingga saat ini. Masyarakat kita sering kali menghindar
dari pertanyaan pertanyaan seputar politik dan langsung menjustifikasi bahwa
politik itu buruk, jahat dan korupsi.
Namun ternyata ide ini tidak berkembang dengan sendirinya, citra politik
yang demikian itu di dapat masyarakat dari dari media massa yang juga milik
beberapa toko politik yang merangkap sebagai pengusaha. Hingga di masyarakat
seringkali akrab dengan pernyataan “siapapun pemimpinnya tidak bisa merubah
keadaan”. Apatisme maupun golput sangat berbahaya bagi Negara demokratis karena
akan mengarah pada kerisis legitimasi kekuasaan.
Oke, pesan dari tulisan ini adalah, jangan menganggurkan
hak suara anda, yaa karena dianggurin itu tidak enak. Manfaatkan hak suara
tersebut di TPS 17 April 2019. Pesan saya jangan terlalu fanatic, karena pada
kenyataanya ada yang lebih penting dari fanatic sesaat, yaitu nasib negeri ini.
Tulisan ini hanya sebatas opini, mohon maaf bila
menyinggung pihak-pihak tertentu.