KEJUJURAN INSTRUMEN PENTING ETIKA ILMIAH
Manusia telah dibekali akal pikiran oleh Tuhan Yang Maha Esa, dan hal inilah yang menjadikanya berbeda dengan makhluk-makhluk lain. Melalui jalan berpikir, manusia dapat menemukan suatu cara untuk meningkatkan taraf hidup, memenuhi kebutuhan dan memenuhi keinginan sehingga akan diperoleh suatu kepuasan. Rasa keingintahuan yang tinggi, akan menciptakan sebuah media pencarian terhadap sesuatu yang ingin diketahui. Dari seluruh kegiatan baerfikir manusia, akan diperoleh suatu kesimpulan yang dinamakan dengan pengetahuan. Pengetahuan yang sudah dapat dibuktikan secara ilmiah dinamakan sebagai ilmu. Dan ilmu inilah yang akan menjadi suatu media yang akan menjawab segala pencarian terhadap sesuatu yang ingin diketahui.
Dalam kehidupan manusia, ketika semua keinginan telah dapat dicapai, maka akan tiba pada satu titik yang akan memunculkan pertanyaan besar mengenai awal dari kehidupan ini, tentang bagaimana penciptaan semua ini dan siapa yang telah menciptakan semua ini. Seluruh kesempurnaan siklus yang terjadi di alam, pada dasarnya tidak boleh hanya dianggap sebagai ketidaksengajaan semata, bagaimana semua komponen dari alam dapat bekerja dalam keseimbangan, tentu saja juga bukan suatu kebetulan. Dari sini akan terlihat bahwa peran filsafat dinilai begitu penting untuk menjawab misteri realitas alam yang kompleks ini berdasarkan suatu pemikiran yang mendalam. Meski filsafat tidak bisa memberi jawaban secara objektif dan tidak dapat secara langsung bisa diterima oleh semua orang, namun filsafat memilki kandungan yang bermakna.
Adanya ketidakpuasan para ilmuawan terhadap hasil penemuan filsuf pada zaman dahulu, memicu lahirnya suatu ilmu, yang mana hal ini memposisikan filsafat sebagai induk dar berbagai ilmu. Seiring perkembangan peradaban manusia, semakin banyak pula ilmu-ilmu yang berkembang. Berbagai penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan masa kini menjadi suatu temuan yang sangat berharga. Dan pastinya orang yang mau menjadi seorang ilmuwan adalah mereka yang memilki rasa keingintahuan terhadap segala sesuatu dan ingin mencari jawabanya.karena mereka menyadari bahwa sebagai makhluk yang berakal tentunya mereka memerlukan suatu kepastian. Salah satu kepastian iitu adalah kepastian yang bersifat ilmiah yang bisa diperoleh dari kegiatan penelitian.
Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai hasil aplikasi ilmu, tampak jelas bisa memberikan manfaat bagi kehidupan manusia pada umumnya. Dengan kecanggihan yang sudah ada, mendorong manusia untuk mngeksploitasi kekayaan secara besar-besaran demi kepentinganya. Yang menjadi permasalahan adalah pada saat proses pencarian kepastian ilmiah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, melalui cara-cara yang dinilai tidak benar. Ketidakjujuran dari seorang ilmuwan akan mencorang kesucian dan kemuliaan ilmu. Yang lebih parah lagi, apabila dari tidak jujur tersebut bisa merugikan orang lain yang mengaplikasikan ilmu hasil penelitianya. Jadi, dalam suatu penelitian sebagai proses mencari kepastian wajib untuk tidak melanggar etika ilmiah yang sudah ada, salah satunya adalah aspek kejujuran.
Dalam makalah ini penulis akan membahas pentingnya etika ilmiah yang diterapkan dalam proses pencarian kebenaran khususnya aspek kejujuran yang bisa dilihat bahwa keberadaanya sangat penting. Karena kejujuran itu sangat mahal haraganya. Sekali saja seorang ilmuwan bertindak tidak jujur,maka selamanya orang tidak akan pernah percaya terhadap hasil penelitianya meski itu benar. Mengingat pentingnya hal ini, maka dari itu penulis menyusun makalah yang berjudul "Kejujuran Instrumen Penting Etika Ilmiah".
1. Apa pengertian etika ilmiah dan seberapa penting etika ilmiah tersebut harus ada di kehidupan ini?
2. Bagaimana kejujuran memilki posisi penting dalam kaitanya dengan etika ilmiah?
Kata "etika" merupakan salah satu kata yang sepertinya sudah tidak asing lagi terlontar dari mulut kita. Entah orang-orang yang memngucapkanya mengerti arti dari kata tersebut, atau hanya sekedar mengucapkanya saja tanpa peduli dan tanpa ingin tahu tentang artinya. Pada intinya etika selalu berhubungan dengan baik atau buruknya segala sesuatu, namun pada dasarnya etika sering dihubungkan dengan baik buruknya perilaku seseorang.
Aristoteles, filosof yang mula-mula sekali menulis tentang etika dan juga tentang ilmu jiwa. Antara kedua cabang ilmu ini ada perbedaan sikap penganutnya. Ilmu jiwa menganalisa keadaan dan pekerjaan jiwa, yaitu apa yang terjadi dan bagaiamana terjadinya sesuatu tanpa mempersoalkan apakah hal itu boleh terjadi. Tetapi etik member nilai buruk atau nilai baik atas perbuatan sesorang. Seorang ahli etikakan mempersoalkan apakah sesuatu boleh terjadi; bagaimana hal itu terjadi tidaklah penting baginya. (H. Muh. Said, 1980).
Bidang etik di dalam pokoknya hendak menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Bagaimana hendaknya perbuatan seseorang? Apakah yang baik itu dan apa pula yang buruk, Apakah tujuan hidup? (H.Muh. Said, 1980).
Etika adalah salah satu cabang dari filsafat yang didalamnya membahas mengenai nilai baik atau buruk. Dalam dunia filsafat, etika lazim disebut dengan Filsafat Moral. Perlu diperhatikan asal kata etik dari perkataan Yunani, "ethos" yang berarti watak atau adat dan kata asal kata moral yang sama artinya dengan kata etik dari bahasa latin "mos"-jamaknya ialah "mores" yang juga berarti adat atau caara hidup. Di sini dapat dilihat, bahwa kedua perkataan itu- etik dan moral- menunjukkan cara berbuat yang menjadi adat karena persetujuan atau praktek sekelompok manusia. Jadi etik dan moral sama artinya, tetapi dalam pemakaianya ada sedikit perbedaan. Moral dan moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etik dipakai untuk pengkajian sistim nilai-nilai kode. (H. Muh. Said, 1980) Dalam etika akan dikaji secara mendalam mengenai system nilai (moral) yang berlaku di masyarakat. Secara umum etika diklasifikasikan menjadi dua jenis, yang pertama adalah etika deskriptif, yang dalam kajianya lebih menekankan pada ajaran moral yang berlaku, membicarakan masalah baik atau buruk tindakan yang diperbuat oleh manusia dalam hidup bersama. Jenis etika yang ke dua adalah etika normatif, suatu kajian etika terhadap ajaran norma baik atau buruk sebagai suatu fakta, tidak diperlukan adanya alasan yang rasional terhadap isi dari ajaran tersebut, cukup merefleksikan mengapa hal itu menjadi suatu keharusan. Secara umum etika normatif dibedakan menjadi dua, yaitu etika normatif umum yang membahas tentang kebaikan secara umum, dan etika normatif khusus yang membicarakan tentang pertimbangan baik buruk dalam suatu bidang tertentu.
Seperi yang kita sadari selama ini bahwa, hal yang membedakan manusia dengan binatang bahkan dengan makhluk lain adalah pada akalnya. Kedudukan akal adalah sebagai pembeda, bukan unsur yang menjadikan manusia lebih unggul dari pada binatang maupun makhluk lain ciptaan Tuhan. Akal memilki dua aspek yang tidak bisa dihindari, apabila akal digunakan dan dimanfaatkan secara baik dan benar akan meningkatkan taraf kemanusianya, namun jika penggunaanya secara salah maka akal akan menjadi boomerang bagi manusia itu sendiri karena akan menurunkan derajat manusia sehingga sama dengan binatang bahkan bisa saja lebih rendah dari binatang.
Sedangkan pengertian ilmiah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan, atau memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan. Ilmiah bisa juga diartikan sebagai suatu proses pencarian ilmu pengetahuan secara sistematis (eksperimen) melalui penelusuran bukti-bukti. Jadi dapat diambil suatu pengertian dari etika ilmiah adalah berbagai etika yang harus dijadikan pedoman oleh para ilmuwan dalam proses penngembangan ilmu pengetahuan.
Dalam kaitanya dengan hal tersebut, kedudukan etika ilmiah sangat diperlukan sebagai unsur pengendali akal dan nafsu sehingga pengembangan ilmu pengetahuan menjadi lebih bermakna dan bermanfaat. Jadi sangatlah penting keberadaan etika ilmiah dalam kehidupan ini, karena manusia memiliki akal pikiran, segala perbuatan dan tindakan serta perkataanya harus dipertanggungjawabkan kelak. Jika seseorang bisa menciptakan perbuatan, tindakan dan perkataan yang bernilai, maka kehidupan oranng tersebut akan lebuh berarti. Hakekat manusia hidup bukan hanya untuk melanggengkan keturunan, namun bagaimana ia dapat bertanggungjawab terhadap diri sendiri, keluarga masyarakat dan manusia pada umunya. Jika ia sebagai seorang ilmuwan maka ia harus mempertanggungjawabkan hasil eksperimenya kepada dunia. Jadi tuntutan tanggungjawab tersebut menyangkut kegiatan manusia dalam semua bidang.
Lingkungan akademis adalah tempat dimana ilmu pengetahuan itu disemaikan. Dunia akademis di Indonesia mempunyai tugas yng lebuh berat dari sekedar kehidupan ilmiah yang ahnya menekankan aspek rasionalitas. Dunia akademis Indonesia mempunyai tugas dan tanggung jawab yang lebih besar. Dosen bukan hanya sebagai guru (teacher) sebagai tukang transfer pengetahuan. Dosen adalah pendidik yang bertugas untuk membimbing anak didik menjadi insane yang pintar dan bermoral. Di lain pihak ia adalah seorang ilmuwan yang menjalankan kegiatan ilmiah. Siakap ilmiah harus dimilki oleh setiap ilmuwan. Perlu disadari bahwa sikap ilmiah ini ditunjukan pada dosen, tetapi harus juga ada pada mahasiswa yang merupakan out put dari aktivitas ilmiah di lingkungan akademis. (Sri Rahayu Wilujeng, 2012).
Banyak hal yang masuk dalam kategori etika ilmiah yang pada intinya masing-masing dari hal tersebut harus diaplikasikan oleh mereka yang berkecipung dalam dunia akademik. Misalnya budaya plagiarisme, budaya titip absen, skripsi palsu, cheating dan lain sebagainya merupakan hal-hal yang harus dihindari dan tidak patut dilakukan jika menganut pada etika ilmiah. Salah satu bagian penting dari etika ilmiah adalah sikap jujur.
Saat zaman yang semakin mengalami kemajuan pesat, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan cepat tanpa ada yang menghalang-halangi. Dengan perkembangan yang cepat ini banyak berdampak pada pola pikir yang serba cepat dan instan . pada dasarnya jika dilihat dari salah satu sisi dengan adanya perkembangan tersebut memilki dampak yang baik bagi kehidupan manusia, namun dari sisi lain juga terdapat sisi negative yang melanda kehidupan manusia itu sendiri. Apabila semua perkembangan itu tidak disertai dengan etika yang akan menjadi pengendali, maka semua itu tidak ada artinya, bisa jadi akan menjurus pada hal-hal yang tidak diinginkan. Salah satu etika yang tidak boleh dilanggar dalam kakitanya dengan hal ini adalah kejujuran.
Kata jujur, mudah diucapkan oleh semua orang namun nyatanya tidak semua orang bisa menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari. Sesungguhnya mengaplikasikan sikap jujur itu tidak sulit, hanya butuh niat sungguh-sungguh dan membiasakanya dalam kehidupan sehari-hari, dengan demikian sikap tersebut akan tertanam dalam diri dengan sendirinya. Jujur jika diartikan secara baku adalah mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai dengan kenyataan dan kebenaran. Jika apa yang diungkapkan oleh seorang akademis tidak sesuai dengan kenyataan, maka dapat dikatakan bahwa seseorang tersebut telah berdusta. Pada dasarnya sikap tidak jujur sama saja artinya dengan tidak percaya kepada kemampuan diri sendiri dan orang lain yang bersangkutan.
Kejujuran sangat erat kaitanya dengan kepercayaan. Dalam segala hubungan apapun kejujuran dan kepercayaan tidak dapat dipisahkan karena keduanya merupakan hubungan seba akibat. Sebuah kejujuran akan menimbulkan rasa kepercayaan seseorang, demikian pula kepercayaan akan terklahir dari adanya sikap jujur. Orang yang tidak jujur akan kehilangan kepercayaan apabila kebohonganya telah diketahui orang lain. kehilangan kepercayaan dari orang lain berarti juga kehilangan modal dasar yang berakibat hidup menjadi susah, terbelenggu, terkucilkan, dan menjadi sampah dalam kehidupan. Untuk memperoleh kembali kepercayaan akan sulit dan mahal apabila seseorang yang tidak jujur tidak segera menyadari pentinganya kejujuran dan segera melakukan perubahan dengan sungguh-sungguh dan terus menerus menjadi orang yang jujur. (Hartono, 2014)
Oleh karena itu, hendaknya para ilmuwan dan mereka yang berkecimpung dalam dunia akdemik menjunjung tinggi hakikat kejujuran ini. Jika seorang ilmuwan dalam penelitianya menemukan hasil observai merah, maka pada public ia juga harus berkata merah, bukan biru. Karena tanggungjawabnya selain kepada dirinya sendiri juga kepada orang lain. para ilmuwan dituntut untuk bisa menciptakan sesuatu yang nilainya sangat benar dan tidak merugikan umat manusia. Namun seakurat apapun penelitian yang telah dilakukan pasti di dalamnya terdapat satu titik kesalahan terkecil. Maka seorang ilmuwan harus menanamkan sikap jujur. Pada saat seorang akademik dalam ujian tidak bisa mengerjakan soal, maka ia harus menjawab sesuai dengan apa yang ia bisa, bukan mencari jawaban orang lain atau menyotek, karena hal ini merupakan pelanggaran etika ilmiah kejujuran. Dengan segala pelanggaran terhadap etika ilmiah kejujuran tersebut akan menimbulkan dampak yang bisa merugikan diri sendiri dan orang lain yang bersangkutan.
Korupsi yang marak terjadi di Indonesia adalah salah satu perwujudan dari adanya sikap tidak jujur. Karena kejujuran itu seringkali terbeli dengan uang. Dengan menggunakan sejumlah uang seseorang dapat dengan mudah menipu atau berkata tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan bisa saja menyebabkan kerugian bagi orang lain. mungkin budaya tidak jujur tersebut sudah biasa mereka lakukan sejak di masa-masa mencari ilmu atau sekolah, kebiasaan mencontek dan meng-copy tugas yang diberikan dosen telah menjadi hal biasa yang dilakukan. Kegiatan inilah yang akan menyatu dengan dirinya dan terbawa hingga dunia pekerjaan. Selain dari kebiasaan, lingkungan juga memilki pegaruh besar terhadap terbentuknya sikap tdak jujur dalam diri seseorang, minimnya pengawasan, adanya kesempatan dan pengaryh dari orang-orang disekitarnya.
Dalam agama islam sangat ditekankan sekali bagi pemeluknya untuk berkata, bersikap dan bertindak jujur dalam hidupnya. Hal ini dikemukakan dalam beberapa hadist yang isinya memerintahkan kita untuk senantiasa bersiakp jujur. Maka dari itu, hendaknya sejak dini sudah ditanamkan kebiasaan untuk jujur pada anak-anak, sehingga nantinya bisa melekat pada diri anak tersebut hingga dewasa. Mengingat manfaat dari sikap jujur ini sangatlah besar, tidak hanya dalam kaitanya dengan proses pencarian ilmu dan dalam etika ilmiah, namun secara lebih luas dalam kehidupan sehari-hari. Diantaranya dalam menjalani hidup ini serasa tidak ada beban rasa bersalah kepada orang lain dan diri sendiri, munculnya rasa percaya diri ayng tinggi, membuat orang lain memberikan kepercayaanya kepada kita, dan masih banyak lagi manfaat yang bisa didapat dari sikap jujur.
Sehingga dari beberapa uraian di atas sudah bisa dilihat posisi kejujuran kaitanya dengan etika ilmiah amatlah penting dan kedudukanya adalah sebagai kunci dalam menjalani kahidupan ini agar menjadi lebih bermakna.
Kesimpulan
Kejujuran adalah sebagai modal utama dalam menjalani kehidupan, modal yang paling mahal dan mungkin sekarang ini bertambah mahal harganya dalam kehidupan sosial bermasyarakat karena semakin merosotnya moral. Berbgagai upaya bisa dilakukan untuk menarik seseorang agar bertindak jujur, seperti menggunakan check lock pada saat absen kehadiran, diapsangnya kamera CCTV di berbagai tempat dan beberapaalternatif lain yang bisa dipilih untuk secara tidak langsung memaksa orang lain untuk membiasakan sikap jujur.
Dalam kaitanya dengan etika ilmiah, jujur merupakan salah satu komponen penting yang harus dimilki setiap orang yang masuk dalam dunia akademis, baik itu siswa, guru, mahasiswa, dosen, dan bahkan seorang ilmuwan pun juga wajib untuk menerapkan etika ilmiah, terutama kajujuran. Karena setiap apa yang diucap dan diperbuat oleh manusia yang memilki akal semuanya harus dipertanggungjawabkan, entah itu kepada diri sendiri, kepada orang lain, bahkan kepada Tuhanya. Banyak tokoh beasar dari kalangan akademis yang memilki karya dalam bidang pengetahuan ilmiah, namun apalah artinya dengan banyaknya karya ketika kejujuran menjadi jalan dalam membuat karya tersebut. Nilai luhur dari ilmu hanya akan ternodai, hakekat kejujuran yang mereka bangun hancur begitu saja oleh setetes kebohongan.
Kejujuran dalam bernegara juga merupakan harga yang begitu mahal saat kita sebagai golongan terpelajar mencoba untuk membangun bangsa ini. Telah begitu banya system yang dibuat, namun jumlah koruptor tidak bertambah sedikit. Sebenarnya bukan kesalahan dari system yang ada, hanya saja mental dari para actor di dalamnya yang menjadikan korupsi sebagai hal yang mudah dilakukan.
Jadi, kejujuran merupakan suatu instrumen penting dalam etika ilmiah, sesuatu yang harus ada dan dimilki oleh setiap individu. Karena dengan adanya jujur akan menuntut tanggungjawab dan akan menghasilkan sebuah kepercayaan.
Saran
1. Mulailah untuk bersikap jujur sejak dini, baik sebagai orang yang berada dalam lingkugan akademik maupun tidak sudah selayaknya menanamkan jujur dalam diri masing-masing,
2. Katakan segala yang itu jujur, meskipun itu pahit, namun hanya dengan kejujuran orang lain bisa mengetahui kebenaran,